cerpen horor komedi (HORKOM)
Kuntilanak The Explorer
by:FitriNurdiansyah
Di
siang bolong dini hari, di pinggir danau Bagendit pas lagi fokus-fokusnya si
Kunti menghitung hasil usahanya menjual gulali di TPU Kebon Jeruk hari ini.
Tiba-tiba munculah si ocong yang agak kebencong-bencongan mulai mengagetkan
kunti dengan gaya loncat-loncatnya yang lebih mirip penari balet yang lagi di
iket pake kawat jemuran berkarat. Yang membuat si Kunti mulai terkaget-kaget,
sampai duit hasil usahanya itu melayang-layang dengan indahnya yang
kemudian nyemplung ke danau.
Dengan
wajahnya yang murka, si Kunti mulai ambil tindakan. Tindakan pertama, Si Kunti
bangkit dari duduk jongkoknya. Tindakan kedua, si Kunti mulai menatap ocong
dengan wajah horor tulalitnya. Tindakan ketiga, si Kunti mulai menyentil si
ocong dan ‘PLUNG’ nyemplunglah si Ocong kedanau.
“Wahahaha..”,
Ketawa jahat si Kunti mulai membangkitkan suasana.
“hikz..
teglap ellop kun”, dengan kondisi kelagepan si Ocong mulai termewek-mewek.
“Wahaha..
Rasain lo. Kayak Kecebong keputihan yang anyut di danau kan. Gimana enak to
berenang bareng kawanan kecebong lainnya. Wahaha..”, masih dengan ketawa
jahatnya yang semakin membuat si Kunti puas.
“tlolonglin
gwe napppla kun..”, merengek minta
tolong.
“Lebay
banget lo cong..., orang danaunya aja cetek”, kata Kunti
“cetlek
aplaan, orang lagi klelagleplan gini mlalah di ajlaklin nglobrol. Tlolonglin
napla”, pinta si Ocong dengan ekspresi muka gak jelas. Mulut mangap-mangap, mata
merem melek,idung kembang-kempis kayak ibu-ibu mau ngelahirin bayi naga.
“maksut
gwe, cetek seketek gajah. Udah buka aja tali pocong lo, terus lo renang bak
ikan duyung. Lebih tepatnya kecebong muka gayung. Ok bye”, si Kunti mulai meninggalkan
si Ocong yang masih kelagepan gak jelas.
Tiba
di kediaman si Kunti, tepat di pucuk pohon
beringin besar yang lebat akar dan lebat daunnya itu. Dengan gelisah si Kunti mengecek
celengan tengkorak kepala udangnya itu. Karena hampir setiap harinya si Kunti
menabung di celengan itu dari hasil penjualan gulali yang dia buat sendiri dari
sari pati jenglot yang sering bergelantungan di akar-akar pohon kediamannya
itu.
Tak
heran setiap harinya Kunti bisa memproduksi gulali yang nikmat (menurut
golongannya) itu dengan mudah. Dan setiap penjualannya, dalam sehari si Kunti
bisa memperoleh duit sekitar 100 ribu dutu (duit hantu). Memang bisnis ini
sangat hebat dan menjanjikan. Buktinya, dulu Kunti hanya tinggal di pohon taoge
dan sekarang ini karena bisnis gulali dari sari pati jenglot itu, si Kunti
akhirnya bisa tinggal di pohon beringin besar dan elit.
Kembali
kecelengan tengkorak kepala udangnya si kunti tadi. Dan saat si Kunti mulai
membuka celengan itu, ternyata isinya kosong ompong mlompong dan nyaring
bunyinya. Si Kunti mulai panik.
“Kenapa
bisa hilang begini?siapa yang mencurinya?oh duitku... ”, si Kunti mulai mendramatisir.
“Oh
duitkuuuuuuuuu...............”, si Kunti mulai semakin mendramatisir.
“Duitku...
kemana dikau.. hihihihi... hilang kemana dikau.. hihihi.., kembalilah padaku..
aku mencarimu, oh duitku.. aku membutuhkanmu..”, si Kunti jadi semakin mendramatisir
kasus ini dan semakin terguncang jiwanya.
Dengan mencari-mencari dan mencari
duit itu kemanapun mata si Kunti memandang tidak satupun duitnya terlihat. Si
Kunti berfikir kalau duit itu tidak hilang begitu saja, padahal cukup banyak
duit yang dia tabung di celengan itu. Kira-kira hampir sepuluh juta enam ratus
lima puluh tujuh ribu seratus dutu (duit hantu), dan itu semua hilang begitu
saja.
“Oh duitku.. hihihihi....” Kunti
semakin terguncang.
Si
Kunti mulai berfikir lagi, dan membuat berbagai teori atau prediksi kenapa duit
itu bisa hilang. Seperti seorang para ahli yang sering membuat teori dan
prediksi, si Kunti pun tidak mau kalah dengan mereka. Dan kini telah muncul
teori baru dari si Kunti yang ahli dalam bidang pembuatan gulali sari pati
jenglot. Si Kunti membuat 3 teori yang memprediksi hilangnya duit si Kunti yang
ada di celengan tengkorak udang itu.
Teori
pertama, duit itu hilang karena dia bosen dikurung dalam celengen tengkorak
udang. Teori kedua, duit itu pengen nyari udara segar di luar sana. Teori
ketiga, duit itu udah tercerna oleh celengan tengkorak udang itu. Memang teori
itu sangatlah gak nyambung, tapi untuk menghargai ide kreatif dari si Kunti
Tulalit ini. Maka teori itu saat ini telah kami abadikan di ‘genius goes word
of record’ dengan nama rekor baru ‘Teori
ter-gak nyambung’.
Teori
itu memang gak ada yang nyambung dengan kasus hilangnya duit si Kunti itu.
Gimana mau nyambung, orang tidak ada kabelnya. Otak si kunti kalau di ibaratkan
kabel adalah kabel yang terkena tegangan tinggi dan konslet sampai kebakar.
Bayangin saja, waktu tragedi si Kunti sakarotul maut. Kunti meninggal dengan
cara yang teramat tragis.
Malam
itu adalah malam terakhir bagi Kunti. Di tengah kegelapan malam, dia hanyalah
seorang diri menjelajahi jalanan yang sepi sunyi. Tiba-tiba, hujan lebat mulai
datang kroyokan dan di selingi petir yang menyambar dengan gagap gempita. Kunti
sangat ketakutan, dengan membawa koper di tangannya. Ternyata Kunti kabur dari
rumah, karena Kunti ingin hidup bebas di luaran sana, tanpa ada larangan dan
pertikaian dari kedua orang tuanya.
Tiba-tiba,
‘CETARRR’ suara petir hampir mengenai tubuh kunti yang basah kuyub. Dengan
tubuh gemetar dia melanjutkan perjalanannya yang entah kemana. Saat itu Kunti
memang sedang terguncang jiwanya, dia tidak tau harus kemana dan dimana. Dia
pun melihat telepon umum yang ada di pinggir jalan dan menghampirinya.
Dia
mencoba menghubungi dan memencet-mencet nomor seseorang yang dia anggap bisa
membantunya malam itu. Tapi nomor itu tidak bisa dia hubungi, Kunti tetap
berusaha keras untuk menghubungi seseorang itu. Tapi, telepon ini masih juga
tidak nyambung-nyambung. Si Kunti mulai kesal dan kehabisan akal sehat, hingga
dia mengikat lehernya dengan kabel telepon umum itu.
Hingga
akhirnya dia mati dengan caranya sendiri yang teramat tragis dan terbilang mengenaskan.
Dengan kedua mata yang melotot dan mulut yang mengeluarkan lidahnya, lebih
tepatnya kayak anjing kena step. Sekarang pertanyaannya, ‘apakah sebelumnya si
Kunti sudah memasukan koin untuk telepon umum itu?, pantesan saja tidak
nyambung-nyambung’. Karena ke blo’onanan itulah yang membuat si Kunti menjadi
hantu yang di cap ‘hantu blo’on bin tulalit’.
Sekarang
kembali ke masalah duit si Kunti yang hilang. Entah hilang kemana duit itu,
masih menjadi misteri yang perlu di ungkap. Walaupun misteri ini tidaklah
terlalu penting buat saya dan mungkin kalian juga beranggapan begitu. Tapi,
bagi si Kunti misteri ini sangatlah penting.
“Duit.............
duit........, kemana kamu.... kembalilah padaku sayang..”, dengan berteriak sumbang hingga hampir membangkitkan
gunung sinabung.
Hingga
malam dan menjelang malam kembali, Kunti belum juga menemukan duitnya yang
hilang. Dia masih saja mencari duit itu dari sabang sampai hampir ke merauke
yang berjajar pulau-pulau, dan membuat pikiran si Kunti gak nyambung-nyambung.
Kerena si Kunti masih belum juga menemukan duit itu. Hingga dia hampir putus
asa dan kembali kekediamannya yang elit itu. Tapi, wajah si Kunti masih gelisah
dan belum bisa merelakan duitnya yang hilang itu.
“Duitku.............
kembalilah kepada ibumu nak”, jerit
tangis si Kunti yang celingak-celinguk kebingungan.
“Ngapain
lo nti? Celingukan kagak jelas gituh”, sahut mbak Olong tetangga Kunti.
“Duit
gue ilang mbak, gak ketemu-ketemu. Lo tau gak keberadaan mereka dimana?gue
kangen”, melas si Kunti.
“Kangen?.
Gue gak tau nti. Coba deh lo kerumahnya mbah Uwo, siapa tau dia bisa bantu lo”,
jawab mbak Olong sambil makan 100 tusuk sate udang rebon yang baru saja dia
beli di bang Bokir. Bayangin saja sate udang rebon itu kayak gimana.
“Mbah
Uwo? Mbah Uwo yang kerja di salon kehororan di GOES BEAUTY itu ya?”, nyleweng
si Kunti.
“itumah
jeng Uwo.., maksut mbak itu mbah Uwo yang katanya paraupnormal gitu..!!”, Seru
mbak Olong yang berusaha meyakinkan si Kunti.
“Paranormal
paling mbak, bukan para up normal”, jerit Kunti yang sok tau.
“Terserah
lo aja deh nti” timpal mbak Olong
Dengan berbekal informasi yang telah
di berikan mbak Olong. Kunti pun langsung bergegas ke tempat kediaman mbah Uwo
yang katanya paranormal bukan ‘para penonton, ibu-ibu bapak-bapak semua yang
ada disini’ loh malah nyanyi. Ok, sekarang kembali ke mbah Uwo. Selain info
dari mbak Olong itu, si Kunti juga mencari info tentang mbah Uwo di Internet
dan yang telah Kunti dapatkan, seperti data di bawah ini:
Nama: Mbah Uwo
TTL: Gak Penting
Pekerjaan:
Paranormal yang gak normal ‘PARAupNORMAL’
No.Hp : 12453 35
736107
Sosial Media:
1.
FB
: Mbah Uwo Auwo Uwo
2.
Twitter
: @Mbah_A_Uwo
Alamat: 1. Jalan Lurus
dari danau bagendit.
2. Terus belok kiri muter.
3. Kemudian lurus terus.
4. Masuk hutan Tragis.
5. Sampai di gua no (nah itu tempat tinggal
mbah Uwo).
6. Jangan sampe nyasar (tenang, ada security
yang siap membantu anda untuk menemukan alamat ini).
Hobi : Ngebantuin orang
yang lagi gak butuh bantuan (baik banget)
Cita-cita : Ingin
menjadi hantu paranormal yang sukses di dunia perhantuan dan di dunia maya.
Setelah si Kunti mendapat info itu,
dia langsung melakukan perjalanan yang lumayan teramat sangat jauh dari
kediamannya di pohon beringin yang elit itu. Dengan berbekal gulali yang telah di
buatnya dan internet yang di genggamnya itu. Si Kunti mulai melangkahkan
kakinya yang tanpa alas kaki itu (nyeker).
Alamat itu sudah sangat jelas bagi
Kunti, dan dia sangat cekatan dalam melangkahkan kakinya demi mencapai tempat
yang akan dia tuju. Dia tidak tau bahaya apa yang akan mengancam di
perjalanannya nanti. Begitupun saya juga belum tau tentang bahaya itu, dan saya
pun masih berfikir dan berfikir tentang cerita ini agar bisa terlihat
benar-benar horor komedi yang penuh dengan petualangan si Kunti yang begitulah.
Jadi saya harap kalian bisa mengerti saya, karena saya butuh pengertian (maaf
curhat dikit).
Kembali keperjalanan si Kunti.
Tibalah Kunti di danau Bagendit, yang kemarin telah memakan duit hasil usahanya
gara-gara ocong yang bencong itu.
“Kira-kira
si Ocong kemaren selamet gak ya? Dari tragedi tenggelamnya penari balet yang di
iket pake kawat jemuran berkarat itu.”, si Kunti mulai bicara dengan dirinya
sendiri.
“Oy..
Kunti..!!”, seru seonggok hantu aneh dari dalam danau Bagendit.
“Apa’an
tuh?melambai-lambai bagaikan kecebong duyung yang kesiram cat putih” heran si
Kunti.
Bagaimana si Kunti tidak heran, tiba-tiba saja
muncul si Ocong dari dalam danau. Dan si Ocong sekarang sangatlah beda dengan
si Ocong kemaren, bayangin saja. Si Ocong yang sekarang tangannya mulai
melambai-lambai dengan anggun di danau dengan tali pocong yang sudah terbuka. Kecuali
di bagian pinggang kebawah yang juga
melambai dan menyapu ombak danau. Bayangin saja, mirip dikitlah sama yang
namanya putri duyung. Kalau yang ini lebih tepatnya Ocong duyung.
“Makasi
kun, berkat saran lo kemarin. Sekarang gue udah bisa berenang kayak gini. Lihat
nih gaya gue hebat kan?”, dengan bangga
si Ocang duyung yang mirip gayung menunjukkan bakat yang aneh itu.
“iya,
lo hebat banget cong.. hebat banget bisa berenang di air” jawaban kunti yang
membuat suasana menjadi hening.
Sementara si Ocong duyung sedang
keasikan berenang melambai-lambai di danau Bagendit, dengan gayanya yang lebih
mirip uler keket yang nemplok di pohon randu. Sekarang si Kunti mulai
melanjutkan perjalanan dengan petunjuk alamat pertama ‘Jalan Lurus dari danau
bagendit’. Dengan menyaksikan atraksi si uler keket yang melambai gak jelas
itu, si Kunti pun mulai berjalan lurus dari danau bagendit.
Sekarang menuju ke alamat kedua ‘Terus
belok kiri muter’. Disini jelas saja muter, ternyata jalannya muterin danau
Bagendit. Si Kunti masih saja mengikuti petunjuk alamat itu, yang jelas cuma
buang-buang waktu saja.
“Lo
mau ngintipin gue berenang ya kun..? mau liat gaya gue?” dengan PD nya si Ocong
duyung yang masih ngambang didanau mulai bertanya kepada Kunti sambil bergaya
ala-alanya sendiri.
“Ihh,
najis..”, Kunti menjawab dengan cueknya. “Gue tuh mau nyelesein misi gue tau”,
jelas si Kunti.
“misi?
misi apaan? misi numpang lewat?ikut dong..”, dengan berenang ketepian mengikuti
si kunti berjalan muterin danau.
“adadeh,
udah lo jadi penunggu danau Bagendit ini aja. Gak usah ngerecokin misi gua”,
celoteh si Kunti yang gak mau di ganggu.
Si ocong duyung kini melambai ketengah
danau dengan gayanya yang cari perhatian dan semakin tidak jelas gitu. Kuntipun langsung bergegas ke
petunjuk alamat yang ketiga ‘Masuk hutan Tragis’. Sesampai di hutan Tragis,
mulai ke petunjuk keempat ‘Sampai di gua No (nah itu tempat tinggal mbah Uwo)’. Tapi, disini kunti mulai kebingungan.
Dia sama sekali tidak tau harus berjalan kemana untuk menuju Gua No. ‘Gua No?’,
itu bukannya kotoran kelelawar ya ‘GUANO’.
Harus
kemanakah si Kunti untuk menuju Gua No. Kalau lurus terus takut nyasar, kalau belok
kiri juga takut nyasar, kalau belok kanan juga masih takut nyasar. Tapi, kalau
kebelakang terus malah ketemu si Ocong alay itu. Terus si Kunti harus melangkah
kemana untuk menuju Gua No itu. Di alamat itu sama sekali tidak di jelaskan jalan
mana yang harus di ambil untuk menuju ke gua No dengan cepat dan selamat.
Lumayan
cukup berfikir panjang dan untuk memperpanjang durasi. Si Kunti mulai meresapi
dan menikmati gulali sari pati jenglot karyanya sendiri. Dengan beristirahat di
atas tangkai pohon yang cukup kuat untuk menopang tubuhnya. Cukuplah istirahat
si Kunti, sekarang dia berfikir dan akhirnya muncullah ide cemerlang dari si
kunti yang tulalit ini. Ide yang cukup simple dan sederhana karena si kunti
punya solusinya.
Di
genggaman si Kunti sudah ada ponsel yang cukuplah dibilang canggih keluaran
dari dunia perhantuan. Dengan merek yang tidak bisa saya sebutkan, karena saya
tidak mempromosikan dan saya juga tidak mensponsori merek ponsel tersebut. Lagi
pula saya bingung untuk memberi nama merek itu apa. Rencananya sih mau saya
beri merek ‘SAMSUL’ tapi gak jadi, soalnya nanti kalau tau abang ipar saya yang
namanya Samsul Hidayat bisa marah. Terus juga kalau saya beri merek ‘OVERCUSS’
saya takut kalau nanti banyak yang protes. Jadi lebih baik tidak usah saya
sebutin merek ponsel yang digunakan oleh si Kunti itu.
Yang
jelas ponsel yang di gunakan Kunti ini bisa di gunakan untuk membuka Internet
dan bisa di gunakan untuk berhubungan dengan teman-teman hantunya. Jangan
berfikir yang aneh-aneh ya, mengertikan maksud saya. Selain itu, ponsel yang
Kunti gunakan ini juga bisa di pakai untuk foto-foto yang katanya selfy atau
selpi atau sapi atau apalah itu, yang penting bisa untuk narsis-narsis.
Tapi,
kali ini kunti menggunakan ponselnya itu untuk membuka Google Map. Katanya sih
untuk mencari Gua No tempat Mbah Uwo tinggal. Niatnya mau membuka Google Map,
tapi malah di pakai Facebook-an. Sampai-sampai kuota internetnya habis dengan
sia-sia, dan gagal deh pencarian Gua No via Google Map. Tapi setidaknya Kunti
bisa update status ‘OTW Gua No’.
Tidak gagal begitu saja, Kunti pun
mulai mencari jaringan wifi di hutan Tragis ini untuk membuka Google Map dan
masih dengan pencarian Gua No. Bayangin, di hutan ada jaringan wifi, pasti
semua para fakir wifi banyak yang nongkrong di hutan dan hutan bakalan penuh
dengan fakir wifi. Atau nggak, bayangin kalau di hutan juga ada konter yang
menjual pulsa dan kawan-kawannya. Terus juga, seandainya di hutan ada
gedung-gedung pencakar langit, ada mall, ada bandara, ada cafe. Pasti kalian
berfikir, ini hutan atau kota ‘iyakan’, ayo bangunlah kawanku. Jadikanlah hutan
menjadi selayaknya hutan, dan janganlah kalian menggunduli hutan, karena
menurut saya itu tidak ‘sopan’.
Sekarang kita kembali ke si Kunti
yang masih menjelajahi hutan Tragis ini dengan wajah histeris dan dengan kumis
tipisnya itu. Yang sekarang dia harapkan adalah bisa bertemu dengan mbah Uwo
yang bisa membantunya untuk menemukan duitnya yang hilang itu. Tapi sekarang,
si Kunti terjebak di negeri antabranta yang lebih seram dari wajahnya. Hingga
Si Kunti bertemu sesosok hantu berekor kelinci, berbelalai gajah dan berbulu
harimau, bayangin sendiri itu gimana.
Ternyata hantu itu adalah SULAIMAN,
dia adalah security di gua No. Si Kunti awalnya tidak percaya kalau Sulaiman
itu adalah security di gua No. Tapi setelah dia membuktikan dengan KTSH-nya Kunti
mulai percaya. KTSH adalah kepanjangan dari Kartu Tanda Security Hantu.
Sulaiman pun langsung membantu si
Kunti yang terlihat linglung mencari alamat yang akan dituju. Dan Sulaiman
segera membawa Kunti menuju ke alamat yang telah ditunjukan Kunti kepadanya.
“Anda dari mana mbak?” tanya
Sulaiman yang sok sopan.
“Gue
dari tadi nyasar di hutan ini.. gue takut”, rengekan si Kunti
“Tenang
mbak disini aman kok”, bujuk Sulaiman menenangkan.
“Ow..
ya udah gue gak jadi takut”, seru si Kunti
“mbak
dari daerah mana?” tanya Sulaiman.
“Gue dari kediaman elit yang ada di dekat
danau mas..”, jawab si Kunti biasa saja.
“Wow,
jauh juga ya..?”, sambung Sulaiman yang mulai sok akrab.
“Iya
mas, jauh banget..”, timpal si Kunti.
“bentar
deh? Danau yang mana?Bagendit?itu sih deket dari sini”, ujar Sulaiman yang
semakin sok akrab.
“Maksud
saya itu, jauh banget nyasarnya..” tiba-tiba keheningan datang.
Tidak lama kemudian, sampailah mereka di pintu
gerbang gua No. Di pintu itu tertulis cukup jelas ‘GUA NO’ pintu gerbang mulai
terbuka lebar. Sang security mulai meninggalkan si Kunti, dan Kunti pun mulai
masuk ke dalam Gua No sendiri. Dengan keheningan menjelang pagi, gemercik air
yang menetes dari stalagmid gua. Di dalam Gua No itu banyak sekali
bergelantungan dan berterbangan yang namanya kelelawar. Langkah Si Kunti
semakin gemetar, hingga dia melihat cahaya yang terang dan berkerlip dari dalam
gua itu.
Setelah Kunti tiba di Cahaya itu,
dan ada sesosok hantu yang berambut gondrong, berkumis grondong yang mirip
grandong yang sedang duduk serius menatap layar komputer sambil mengetik
sesuatu di keyboard.
“permisi
mbah.., mbah Uwo ya? Yang katanya paraUPnormal itu ya?bisa bantu saya mbah?bisa
kan? Bisa dong? Ayolah mbah bantu saya ya?” sapa dan pinta si Kunti yang
terlihat sangat memelas didepan mbah Uwo.
Sementara itu, mbah Uwo tetap asik
dengan komputernya dan mungkin dia tidak tau kalau ada hantu imut yang agak
serem sedang membutuhkan bantuannya.
“mbah..
mbah... mbahhhhhhhhhhhhhhh..........”, teriak si Kunti sekencang petir yang
hampir menyambarnya dulu.
“curutcutcurut...
curutcutcurut... curutcutcurut...”, senandung mbah uwo yang gak jelas dan membuat
Kunti mulai kesal.
Hingga Kunti menyingkap rambut
gondrong mbah Uwo, sehingga terlihat jelas kuping mbah Uwo yang di sumpeli pake
apa itu namanya, headset? ya itulah pokoknya. Mbah Uwo kaget. Dan langsung
mengetik keyboardnya, bisa di bilang dia spontan update status di FB. Karena
kebetulan dia lagi online.
“Ciye yang kedatangan tamu tak
diundang” status mbah Uwo di FB.
“Ya
ampun mbah, kuping pake di sumpel segala. Pantesan gak denger gue dari tadi ngebacot
gak jelas” omel si Kunti imut yang agak serem itu.
“ada
apa kunti cantik? Kenapa gak inbox mbah dulu kalau mau kesini, atau mention
gitu?” tanya mbah Uwo yang sok gaul.
Dengan penuh pengharapan Kunti mulai
menceritakan tujuan awalnya kesini, dan berharap mbah Uwo bisa membantunya
untuk menemukan duit yang hilang itu. Yang jumlahnya sekitar sepuluh juta enam
ratus lima puluh tujuh ribu seratus dutu (duit hantu).
“
Hai adek Kunti yang tulalit, tenanglah..” Kata Mbah Uwo menenangkan
suasana, yang dari tadi sudah tenang.
“Ok
tenang....” kata Kunti maksa.
“
Mbah tau apa yang engkau rasakan, sedih kan? Tapi janganlah engkau bersedih
hanya karna kehilangan duit yang memang sih banyak. Berapa tadi?” tanya mbah
Uwo yang sok tau dan belagak tidak tau.
“sepuluh
juta enam ratus lima puluh tujuh ribu seratus dutu” jawab si Kunti biasa saja
dengan muka datar yang disinari lampu ruangan seperti lampu disko yang
berkerlip.
“Sabarlah
sahabatku yang polos, tegarkanlah hati dan jiwa serta fikiranmu, rileks lah..,”
Bujuk mbah Uwo yang sok bijak.
“DUIT”
kata si Kunti spontan
“
Itu yang kamu pusingkan?itu yang kamu bingungkan selama ini?itu yang membuatmu
gelisah?gundah?gulana? sadarlah anakku. Kita haruslah bisa IKHLAS” ceramah mbah
Uwo yang membuat si Kunti mulai sadar. Dan Mbah Uwo mulai membuat kata-kata itu
untuk update status di FB. Memang mbah Uwo itu orangnya selalu update jadi gak
ketinggalan zaman.
IKHLAS,
iya tepat sekali. Itulah Ending dari ‘KUNTILANAK THE EXLORER’. Kita memang
harus bisa belajar untuk ikhlas. Dan saya pun juga harus bisa ikhlas jikalau
HORKOM saya ini tidak dibukukan. Tapi, saya berharap karya saya ini bisa di
bukukan, karena saya maksa ni. Kalau tidak, saya mengancam tidak ikhlas. Tapi,
berhubung ending cerita ini adalah ikhlas OKELAH SAYA IKHLAS. Dan sekarang saya
harap kalian semua bisa tertawa dengan puas, tertawalah, tertawalah kawanku,
jangan ditahan ketawamu ‘bahaya’. Ayo tertawalah yang lebar ‘HAHAHAHA.. ‘.
Selesai.